Landasan Normatif Keadilan dan Kesetaraan Gender Menurut Al-Qur’an dan Hadist
I.
PENDAHULUAN
Dalam tradisi
islam, kajian tentang kesetaraan gender dalam perspektif normatif teks – teks
agama bisa jadi telah banyak bermunculan. Dari kajian – kajian normatif
tersebut kita bisa mafhum bahwa sejatinya islam tidak mengenal perbedaan
gender. Islam memandang antara laki – laki dan perempuan memiliki
kedudukan yang sama. Terdapat empat
prinsip yang harus mendasari hubungan laki – laki dan perempuan yang diajarkan oleh al-Qur’an, yakni persamaan,
persaudaraan, kemerdekaan, dan keadilan.
Persamaan yang
dimaksud adalah persamaan antara laki – laki dan perempuan dalam
kemanusiaannya, bukan persamaan peran dan hak serta kewajibannya dalam keluarga
dan masyarakat. Sementara mengenai persaudaraan , al-Qur’an menyatakan bahwa
manusia merupakan bangsa yang satu (QS. Al-Baqarah:213). Ayat ini menunjuk pada
kodrat manusia sebagai makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu
sama lain. Mengenai prinsip kemerdekaan, al –Qur’an menyatakan bahwa manusia
telah diberikan amanah, dimana amanah itu sebelumnya telah ditawarkan kepada
langit, bumi, dan gunung – gunung tetapi mereka menolaknya (QS. Al- Ahzab:72).
Amanah itu berupa kehendak bebas yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan
Allah SWT. Dengan dengan demikian, maka laki – laki da perempuan akan
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang telah dilakukan nya. Sementara dengan
prinsip keadilan , al-Qur’an sejatinya tidak memberikan hak prerogatif kepada
kaum laki – laki dan mendiskreditkan perempuan, baik di wilayah domestic maupun
wilayah public . keadilan juga harus di tegakkan oleh dan kepada semuanya, baik
laki – laki maupun perempuan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
Keadilan Gender Menurut Pandangan Al-Qur’an dan Hadist?
B.
Bagaimana
Kesetaraan Gender Menurut Pandangan Al-Qur’an dan Hadist?
III.
PEMBAHASAN
A.
Keadilan Gender Menurut Pandangan Al-Qur’an dan Hadist
Keadilan adalah salah satu sifat tuhan dan
Al-Qur’an menekankan agar kita menjadikannya sebagai ideal moral. Tuhan
memerintahkan manusia agar bersikap adil satu sama lain, dalam mengadili
diantara manusia, agar mengadilinya dengan adil, karena allah mencintai
orang-orang yang mengadili secara adil. Adil sebagaimana yang disyaratkan didalam
Al-Qur’an berarti tidak membedakan status serta strata sosial. Keadilan
menonjolkan pentingnya kesetaraan hasil keadilan gender suatu proses untuk
menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.[1]
Berkaitan dengan keadilan gender, secara
implisit maupun eksplisit, ayat Al-Qur’an juga banyak memberikan rambu-rambu.
Didalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang adanya persamaan antara laki-laki
dan perempuan dalam hal kemanusiaan. Sebagai manusia, laki-laki dan perempuan
memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah, mereka sama-sama dimuliakan Allah
sebagai keturunan adam, diciptakan untuk memjadi seorang hamba yang harus
beribadah kepadanya, dan kholifahnya harus memakmurkan bumi. Dengan kedudukan
itu, jika mereka beriman dan beramal shaleh akan diberi kehidupan yang baik dan
balasan yang terbaik, dan kelebihan yang satu dari yang lainnya ditentukan oleh
ketaqwaan dan prestasinya.
Al-Qur’an juga mengatakan bahwa manusia itu
merupakan bangsa yang satu. Ayat ini menunjukan pada kodrat manusia sebagai
mahluk sosial, dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan
kehidupan mereka berfariasi dan bertingkat-tingkat. Oleh karena itu untuk
menghindari benturan dan penyimpangan mereka diarahkan untuk bekerja sama dalam
kebajikan dan ketaqwaan, dan menghindari tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan.[2]
Islam melalui utusan-Nya, Nabi Muhamad saw
datang membawa ajaran yang menempatkan wanita pada tempat yang terhormat, serta
dengan laki-laki. Banyak ayat Al-Qur’an yang menempatkan wanita sejajar dengan
laki-laki, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْاُنْثى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهٌ حَيَوةً طَيِّبةًً وَلَنَجْزِ
يَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَاكَنُوْا يَعْملُوْنَ
“Barang siapa yang mengarjakan amal shaleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka akan kami berikan mereka
kehidupan yang baik dan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
lakukan “ (QS.Al-Nahl :97)
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّى
لاأُضِيْعُ عَمَلَ عَمِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْأُُنْثَى بَعْضُهُمْ مِنْ
بَعْضٍ فَالّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَأُخْرِجُوا مِنْ بَع
“Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal yang
dilakukan oleh kamu sekalian, kaum laki-laki dan perempuan (QS. Ali Imran: 195)
Dari Anas ra. Berkata: ada sekelompok wanita
datang kepada Rasulullah saw, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, kaum lelaki
(bisa keluar rumah) untuk mencari fadhilah Allah dan berjihad dijalan-Nya, bagaimana
dengan kita bisa mendapati fadhilah (keutamaan) para mujahidin fi sabilillah
(sebagaimana yang telah dilakukan oleh para laki-laki)? Kemudian Rasulullah saw. Menjawab: ”Barang siapa diantara kalian
yang menetap/ tinggal dirumah, maka ia memperolah amalan Mujahidin fi
Sabilillah. (HR.Al Bazzar, Hadist ini beriwayat shahih).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “pernahkah
kalian mendengar pertanyaan dari seorang wanita tentang agamanya yang lebih
dari pertanyaan ini?”
Kemudian dipahami pula bahwa inilah sifat wanita yang alamiyah,
wanita itu memiliki sifat iri hati atas segala perkara dan sebaik-baik rasa iri
yang dimiliki wanita adalah rasa irinya asma atas amal shaleh kaum lelaki yaitu
berupa jihad dijalan Allah dan amalan-amalan khusus lelaki lain yang tidak
boleh diamalkan oleh kaum wanita. Dan perlu dipahami bahwa rasa iri tidak
tercela bahkan terpuji , terpujinya sikap iri ini terjelaskan sebagaimana sabda
Nabi saw “pernahkah kalian mendengar pertanyaan dari seorang wanita tentang
agamanya yang lebih dari pertanyaan ini?”
Dan kemudian maksud dari sabda Nabi saw: “Barang siapa diantara
kalian yang menetap/ tinggal dirumah, maka ia akan memperoleh amalan mujahidin
fi sabilillah”. Adakah maksudnya bilamana sang istri yang ditinggal suamimya
dijalan Allah maka istri ini juga akan mendapatkan pahala amalan sang suami.
Ini dikarenakan istri adalah sebagian komponen kehidupan laki-laki atau suatu
kelengkapan.
B.
Kesetaraan gender menurut Al-Qur’an dan Hadist
Kesetaraan
gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempurnaan dan hak-haknya sebgai manusia, agar berperan fan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, ekonomi, social budaya, pertahanan dan kemananan
nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.[3]
Kesadaran akan
kesetaraan gender telah menjadi wacana public terbuak, sehingga hampir tidak
ada sudut kehidupan manapun yang tidak tersentuh wacana ini. Gender telah
menjadi perspektif baru yang sedang di perjuangkan untuk menjadi control bagi
kehidupan social, sejauh mana prinsip keadialn, perhargaan martabat manusia
termasuk laki-laki dan perempuan.
Al-Qur’an
mengatur tentang kesetaraan gender laki-laki maupun perempuan bahwa Allah SWT
telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang
terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan mulia
dengan memiliki akal,perasaan dan menerima petunjuk. Oleh karena itu, Al-Qur’an
tidak mengenal pembedaan antara lelaki dan perempuan, karena dihadapan Allah
lelaki dan perempuan mempunyai derajat dan kedudukan yang sama, dan yang
membedakan antara lelaki dan perempuan hanyalah dari segi biologisnya.
Adapun dalil-dalil Al-Qur’an yang
mengatur tentang kesetaraan gender adalah:
A.
Tentang
hakikat penciptaan lelaki dan perempuan.
ô`ÏBurÿ¾ÏmÏG»t#uä÷br&t,n=y{/ä3s9ô`ÏiBöNä3Å¡àÿRr&%[`ºurør&(#þqãZä3ó¡tFÏj9$ygøs9Î)@yèy_urNà6uZ÷t/Zo¨uq¨BºpyJômuur4¨bÎ)Îûy7Ï9ºs;M»tUy5Qöqs)Ïj9tbrã©3xÿtGtÇËÊÈ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S Ar-Rum:21)
$pkr'¯»tâ¨$¨Z9$#(#qà)®?$#ãNä3/uÏ%©!$#/ä3s)n=s{`ÏiB<§øÿ¯R;oyÏnºurt,n=yzur$pk÷]ÏB$ygy_÷ry£]t/ur$uKåk÷]ÏBZw%y`Í#ZÏWx.[ä!$|¡ÎSur4(#qà)¨?$#ur©!$#Ï%©!$#tbqä9uä!$|¡s?¾ÏmÎ/tP%tnöF{$#ur4¨bÎ)©!$#tb%x.öNä3øn=tæ$Y6Ï%uÇÊÈ
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanyaAllah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(Q.S An-Nisa’:1)
Ayat-ayat diatas berisi bahwa Allah
SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu lelaki dan perempuan
supaya mereka hidup tenang dan tentram, agar saling mencintai dan menyayangi
serta saling kasih mengasihi , agar lahir keturunan yang sholih dan sholihah.
Ayat-ayat diatas menunjukkan adanya hubungan yang saling timbal balik anatar
lelaki dan perempuan dan tidak ada satupun yang mengindikasikan adanya
pembedaan antara laki-laki dan perempuan.
Al- Qur’an
Tentang Kedudukan dan Kesetaraan Laki - Laki dan Perempuan.
a.
Kesetaraan
sebagai hamba
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”(Q.S Az-Zariyat:56)
øÎ)urxs{r&y7/u.`ÏBûÓÍ_t/tPy#uä`ÏBóOÏdÍqßgàßöNåktJÍhèöNèdypkôr&ur#n?tãöNÍkŦàÿRr&àMó¡s9r&öNä3În/tÎ/((#qä9$s%4n?t/¡!$tRôÎgx©¡cr&(#qä9qà)s?tPöqtÏpyJ»uÉ)ø9$#$¯RÎ)$¨Zà2ô`tã#x»ydtû,Î#Ïÿ»xîÇÊÐËÈ
“Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi
saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Q.S Al-A’raf:172).
$pkr'¯»tâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)/ä3»oYø)n=yz`ÏiB9x.s4Ós\Ré&uröNä3»oYù=yèy_ur$\/qãèä©@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu$yètGÏ94¨bÎ)ö/ä3tBtò2r&yYÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã×Î7yzÇÊÌÈ
“Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat::13)
Dalam kapasitas sebagai hamba, tidka ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan. Keduanya mempunyai pontensi dan peluang yang sama untuk menjadi
hamba yang ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa diistilahkan sebagai
orang-orang yang bertaqwa dan untuk mencapai derajat orang yang muttaqun ini
tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, atau kelompok etnis
tertentu.
b.
Kesetaraan
sebagai pengemban amanat kekhalifahan
uqèdurÏ%©!$#öNà6n=yèy_y#Í´¯»n=yzÇÚöF{$#yìsùuuröNä3Ò÷èt/s-öqsù<Ù÷èt/;M»y_uyöNä.uqè=ö7uÏj9Îû!$tBö/ä38s?#uä3¨bÎ)y7/ußìÎ| É>$s)Ïèø9$#¼çm¯RÎ)urÖqàÿtós97LìÏm§ÇÊÏÎÈ
“Dan Dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu
atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-An’am:6)
øÎ)urtA$s%/uÏps3Í´¯»n=yJù=Ï9ÎoTÎ)×@Ïã%y`ÎûÇÚöF{$#ZpxÿÎ=yz((#þqä9$s%ã@yèøgrBr&$pkÏù`tBßÅ¡øÿã$pkÏùà7Ïÿó¡ouruä!$tBÏe$!$#ß`øtwUurßxÎm7|¡çRx8ÏôJpt¿2â¨Ïds)çRury7s9(tA$s%þÎoTÎ)ãNn=ôãr&$tBwtbqßJn=÷ès?ÇÌÉÈ
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S Al-Baqarah:30).
c.
Kesetaraan
dalam nilai perbuatan
ÆtBurö@yJ÷ètz`ÏBÏM»ysÎ=»¢Á9$#`ÏB@2s÷rr&4Ós\Ré&uqèdurÖ`ÏB÷sãBy7Í´¯»s9'ré'sùtbqè=äzôtsp¨Yyfø9$#wurtbqßJn=ôàã#ZÉ)tRÇÊËÍÈ
“Barangsiapa yang
mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang
beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.” (Q.S An-Nisa’:124)
d.
Kesetaraan
dalam menerima perjanjian awal dengan Allah.
øÎ)urxs{r&y7/u.`ÏBûÓÍ_t/tPy#uä`ÏBóOÏdÍqßgàßöNåktJÍhèöNèdypkôr&ur#n?tãöNÍkŦàÿRr&àMó¡s9r&öNä3În/tÎ/((#qä9$s%4n?t/¡!$tRôÎgx©¡cr&(#qä9qà)s?tPöqtÏpyJ»uÉ)ø9$#$¯RÎ)$¨Zà2ô`tã#x»ydtû,Î#Ïÿ»xîÇÊÐËÈ
“Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku
ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Q>S Al-A’raf:172).
Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan menerima
perjanjian awal dengan Allah, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan
oleh para malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya
diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar
KeTuhanan yang sama. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh
anak cucu Adam tanpa pembedaan jenis kelamin. (Q.S Al-Isra’:70).
Hadits
tentang Kesetaraan Gender yaitu:
عَنْ اَبِى عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ الله صَلَى الله عَلَيْهِ
وَسَلَمَ " اِنﱠﱠ اْلمَرْءَةُ كَالضلع إِذَا ذَهَبْتُ تقيمهَا كسرتهَا وَان
تركتها استمتعت بِهَا وَفِيْهَا عوج" رواه البخارى ومسلم.Artinya: Dari Abi
Hurairah RA. berkata: Rasulullah SAW.. bersabda: “Sesungguhnya perempuan
seperti tulang rusuk, jika kalian mencoba meluruskannya ia akan patah. Tetapi
jika kalian membiarkannya maka kalian akan menikmatinya dengan tetap dalam
keadaan bengkok” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari uraian-uraian di atas jelas kelihatan
bahwa Al-Qur’an sebenarnya hanya mengungkapkan persamaan-persamaan antara
laki-laki dan perempuan. Padahal sesungguhnya semangat ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah SAW.. tidak sejalan dengan cerita-cerita yang memojokkan perempuan.
Koherensi dan konsistensi ajaran Islam dengan praktek Rasulullah inilah yang
dicatat sebagai suatu revolusi kultural pada saat itu.
IV.
KESIMPULAN
Keadilan
gender secara implisit maupun eksplisit, ayat Al-Qur’an juga banyak memberikan
rambu-rambu. Didalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang adanya persamaan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal kemanusiaan. Sebagai manusia, laki-laki dan
perempuan memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah, mereka sama-sama
dimuliakan Allah sebagai keturunan adam, diciptakan untuk memjadi seorang hamba
yang harus beribadah kepadanya, dan kholifahnya harus memakmurkan bumi.
Al-Qur’an mengatur tentang kesetaraan gender antara laki-laki maupun
perempuan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu
laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan yang paling
terhormat. Manusia juga diciptakan mulia dengan
memiliki akal,perasaan dan menerima petunjuk. Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak
mengenal pembedaan antara lelaki dan perempuan, karena dihadapan Allah lelaki
dan perempuan mempunyai derajat dan kedudukan yang sama, dan yang membedakan
antara lelaki dan perempuan hanyalah dari segi biologisnya.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepan. Semoga makalah kami bermanfaat
bagi para pembaca.
.
DAFTAR PUSTAKA
Elfi Munawanah, Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: Teras, 2009
Sri Purwaningsih, Kiai & Keadilan Gender. Walisongo
Press. Semarang, 2009
Komentar
Posting Komentar