Tafsir Jihad Fii Sabillilah
I.
PENDAHULUAN
Kehadiran agama Islam
yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin, Petunjuk-petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajaranya,
alqur’an dan hadist tampak ideal dan agung, Di dalam Al-qur’an dan Hadist Allah
memerintahkan berjihad untuk menegakkan syariat islam sebagaimana yang telah di
lakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun Allah juga
memerintahkan untuk saling mengasihi dan menghormati antar umat beragama, jihad
dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah
atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis
perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah
berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan
Allah, mensucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik
manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah
Allah di bumi.[1]
Allah menjadikan jihad
fisabilillah (berjuang dijalan allah) adalah dasar asasi cinta kepada allah dan
rosulnya, jihad ini meliputi mencintai apa yang diperintahkan oleh allah dan
membenci yang dilarang oleh allah dengan arti sebenar-benarnya. Dalam makalah
ini akan membahas tentag Jihad Fii Sabilillah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
Tafsir Surat Al Baqarah 218 ?
B.
Bagaimana
Tafsir Surat Al Anfal 74-75?
C.
Bagaimana
Tafsir Surat At Taubah 19 – 20 dan 41?
III.
PEMBAHASAN
A.
Tafsir Surat Al Baqarah 218
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ
رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيم
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS al-Baqarah [2]: 218).
Allah Swt. berfirman: Inna al-ladzîna
âmanû (Sesungguhnya orang-orang yang beriman). Ayat ini diawali dengan
penyebutan orang-orang yang beriman. Secara bahasa, kata al-îmân berarti at-tashdîq (membenarkan).[2] Secara syar’i, al-îmân adalah at-tashdîq
al-jâzim al-muthâbiq li al-wâqi’ ‘an dalîl (pembenaran yang pasti,
sesuai dengan kenyataan, bersumber dari dalil).[3] Di
samping beriman, mereka juga berhijrah. Allah Swt. berfirman: wa
al-ladzîna hâjarû(orang-orang yang berhijrah). Dijelaskan al-Baidhawi,
pengulangan ism al-mawshûl di sini menunjukkan keagungan
hijrah dan jihad sehingga seolah secara mandiri dapat merealisasikan ar-rajâ’ (harapan).[4]
Selain itu, mereka juga berjihad di jalan
Allah. Allah Swt. berfirman: wa jâhadû fî sabîlil-Lâh(dan berjihad
di jalan Allah). Secara bahasa, kata al-jihâd berarti
mengerahkan segala kemampuan. Dalam pengertian syar’i, al-jihâd menunjuk
secara khusus pada makna perang. Dengan demikian, jihad fi sabilillah adalah
mengerahkan segala kemampuan dalam perang di jalan Allah, baik secara langsung
maupun memberikan bantuan berupa harta, pendapat, memperbanyak logistik, atau
lainnya.[5]
Kaum Mukmin tidak boleh puas dan berhenti
ketika syariah telah diterapkan dalam negara yang mereka tinggali. Mereka
diwajibkan untuk mengemban dakwah dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Inilah yang harus dijadikan sebagai landasan politik luar negeri bagi daulah
Islam. Untuk menjalankannya, jihad ditetapkan sebagai tharîqah atau
metodenya.
Kewajiban jihad baru boleh dilancarkan manakala
penduduk suatu negeri menolak salah satu dari dua tawaran: masuk Islam atau
menjadi kafir dzimmi yang tunduk pada pemeritahan Islam.
Ketika menolak salah satunya, berarti mereka telah menjadi rintangan fisik yang
menghalangi dakwah Islam. Untuk menghilangkan rintangan fisik itu, harus dengan
aktivitas fisik pula, yakni dengan jihad fi sabilillah. Apabila negeri itu
berhasil ditaklukkan dengan jihad, maka statusnya berubah menjadi bagian dari
Dar al-Islam. Syariah pun diterapkan secara total di negeri itu.
B.
Tafsir Surat Al Anfal ayat
74-75?
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ
حَقًّا ۚ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْق كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman
dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki
(nikmat) yang mulia. (QS al Anfal [8] :74)
C.
Tafsir
Surat At Taubah ayat 19, 20 dan 41
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ
اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih
tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan. (QS al Taubah [9]:20).
انفروا خفافا وثقالا وجاهدوا باموالكم و انفسكم في سبيل الله
Keluarlah untuk berperang baik di waktu ringan atau berat,
dan berjuanglah dengan mengorbankan harta dan jiwamu dalam menegakkan agama
Allah (QS al Taubah [9]:41).
VI. KESIMPULAN
Komentar
Posting Komentar